Review Novel Introver - M. F. Hazim
Judul buku "Introver" sebenernya membuat saya penasaran dan segera membaca isi blurbnya. Sejujurnya, saat itu masih ragu apakah akan membelinya atau tidak. Karena, ya masih ragu ini buku fiksi atau non-fiksi.
Mau disebut fiksi, tapi kok isinya berdasarkan pengalaman dan ada risetnya. Mau disebut non-fiksi, tapi kok ada unsur khayalannya juga. Entahlah!
Buku ini menjadi yang pertama saya beli langsung di Gramedia. Masih ingat waktu itu untuk mengurus yudisium syarat sebelum wisuda, harus mengumpulkan satu buku yang sesuai dengan judul skripsi.
Akhirnya, saya memutuskan untuk beli sendiri ke Gramedia Pandanaran Semarang, keren banget, kan! Saya berani sendirian jalan-jalan di kota besar, haha! Jelas, karena kebetulan saya kuliah di Universitas Negeri Semarang.
Buku yang wajib dikumpulkan harus dengan harga minimal 50 ribu. Dapatlah saya beli yang judulnya Pemrograman Python, harganya 55.000. Oh, iya saya dari Prodi Matematika kuliahnya. Jadi beli buku pemrograman, sesuai dengan topik skripsi Analisis Sentimen. Yang penasaran itu apa, searching saja!
#1. Alasan Saya Beli Novel Introver
Sebenarnya karena baca blurbnya merasa cukup relate, jadi bikin penasaran dan langsung beli saja. Kebetulan pengen banget beli buku langsung di Gramedia sejak lama, dan kalaupun cuma beli satu itu juga bakal dikumpulkan di kampus, kan?
Akhirnya, setelah pertimbangan yang cukup panjang dan membaca sebagian isinya-ada yang sudah dibuka segelnya, jadi bisa dibaca. Langsung bawa ke kasir untuk dibayar. Eh, sebenarnya waktu itu masih berputar-putar lama di Gramedia.
Menarik, itu sih yang membuat saya semangat beli. Dan kebetulan juga warna covernya itu mirip dengan cover novel saya yang judulnya "Zuriel"
Oh, iya. Info juga, nih. Ternyata beli buku di Gramedia harganya pasti sesuai dengan label di dekat ISBN itu. Pas cek di online lebih murah, tapi gapapa pengalaman baru. Bukan baru-baru banget, sebenarnya saya sudah yakin hal ini sejak lama.
#2. Novel Introver Membahas Tentang Apa?
Sederhananya, novel ini bercerita tentang tokoh utama "Aku" karena menggunakan sudut pandang orang pertama, jadi kesannya seperti cerita pribadi.
Saya hanya berasumsi demikian, tapi jika benar-benar dipikirkan sepertinya memang ini cerita pribadi penulisnya yang dimodifikasi menjadi sebuah novel. Beritahu saya jika keliru, ya!
Di dalam novel ini, membahas bagaimana seorang "Aku" yang berkepribadian introver melalui hari-harinya yang beraneka ragam.
Mulai dari hubungan persahabatan, teman di sekolah, bersama keluarga, dan orang-orang asing yang ditemui oleh tokoh utama. Ya, sebagian besar saya cukup merasa relate, jadi seolah-oleh saya bisa masuk ke dalam cerita yang disampaikan penulis.
Novel ini hanya terdiri 1 prolog, 8 bab, dan 2 epilog. Namun, meski demikian jumlah halaman cukup tebal sekitar 265+ halaman.
Membaca novel ini, saya seolah diajak menyelami alam pikiran dan kejiwaan seorang introver yang senantiasa gelisah, resah dan gundah, juga konflik batin yang menyiksa tokoh utama.
Ada juga tentang tokoh utama yang merasa kesepian, merasa kesulitan mendapatkan teman sefrekuensi. Karena ada hal-hal yang dirasa orang lain begitu aneh, namun bagi introver itu hal yang biasa saja, bahkan seru.
Recommended sih buat orang-orang introver. Karena saya tes mbti 51% introver 49% nya extrover. Jadi buku ini ada beberapa bagian yang membuat saya tidak sependapat, haha!
#3. Kelebihan dan Kekurangan Novel Introver
Sama seperti buku-buku atau produk lainnya, novel ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut masing-masing rinciannya.
A. Kelebihan Novel
- Penggunaan POV 1 yaitu menggantikan tokoh utama sebagai "Aku" membuat novel lebih mengalir ketika dibaca. Jadi, mudah dipahami dan nyaman membacanya sampai selesai.
- Pemilihan cover cukup bagus dan Aesthetic. Memilih warna ungu kehitaman dengan siluet seseorang yang duduk di atas kursi, memberikan gambaran tentang kesendirian dan kesepian. Saya akui sekali lagi, design cover berhasil membuat novel ini cukup relate!
- Ukuran novel yang tidak terlalu besar, dan isi kertas berkualitas membuatnya tidak mudah sobek. Sehingga, nyaman dibaca dengan tinta yang sangat jelas.
B. Kekurangan Novel
- Layout atau tata letak yang terlalu sederhana dan simpel. Sehingga kurang menarik, apalagi dengan penyajian teks terlalu banyak dan berdekatan membuat mudah bosan jika dibaca dalam waktu lama.
- Penulis menuliskan cerita dengan bertele-tele. Ada beberapa bab yang membuat saya kesulitan memahami ceritanya. Ada baiknya, penulis menyiapkan alur yang lebih terencana dan tidak mudah ditebak ending di tiap bab nya. Misalnya di bagian cerita ternyata tokoh utama hanya bermimpi, agak basi ya konflik seperti ini, maaf!
- Ada dua lembar kertas kosong di akhir buku, saya rasa bagian itu perlu dihapuskan saja daripada memberikan space kosong dan tidak ada anjuran digunakan untuk apapun untuk pembaca. Mungkin bisa diberikan bagian untuk pembaca menuliskan evaluasi di halaman terakhir tersebut, namun pihak penerbit ataupun penulis sebaiknya memberikan petunjuknya.
#4. Saran dan Evaluasi
Tidak banyak yang bisa saya sampaikan terkait saran dan evaluasi. Tapi paling penting untuk penulis ada baiknya mencoba untuk mempertimbangkan bagian mana saja yang harus disampaikan di buku, dan mana yang seharusnya dihapus.
Karena penulisan yang terlalu bertele-tele membuat pembaca mudah jenuh saat membacanya.
Kemudian, untuk pihak penerbit. Yaitu Penerbit Alvabet, sebaiknya mempertimbangkan ukuran font ataupun jenis font yang digunakan dalam novel.
Karena kenyamanan dalam membaca itu juga penting untuk diperhatikan. Begitu juga tata letaknya, ada baiknya pihak layouter memberikan design yang lebih menarik supaya tidak terlalu sederhana.
#5. Apakah Novel Introver Recommended untuk Dibaca?
Setelah mempertimbangkan dan menuliskan review dari bagian 1-4, saya rasa novel ini tetap recommended untuk dibaca. Terbukti, saya sudah membaca dalam waktu yang cepat dan tertarik menyelesaikannya.
Apalagi, bagi kamu yang merasa introver, merasa kesepian, dan membutuhkan teman. Novel ini benar-benar jawaban yang tepat, dan akan memberikan kamu pemahaman bahwa sebenarnya selama ini kamu tidak sendirian sebagai introver.
Dan yang harus kamu pahami, bahwa menjadi introver ternyata tidak seburuk itu. Semua itu seru, asalkan kamu mempunyai cara yang tepat dalam menikmati setiap momen yang ada.
Kamu bisa beli bukunya di sini, ya!
Posting Komentar