30 Hari Setelah Sarjana: Menemukan Makna untuk Perjalanan Selanjutnya
Usaha dan keberanian tidak cukup tanpa tujuan dan arah perencanaan. (John F. Kennedy)
Pernah dengar kata-kata itu? Kalau belum, berarti baru saja kamu sudah membacanya, kan? Hehe!
Ah, Kak Aziz baru mulai udah bercanda, nih!
Hehe, maaf-maaf. Tapi benar, faktanya seperti itu.
Kehidupan ini memang harus dipenuhi dengan usaha dan doa. Namun, keduanya masih belum cukup jika kita sendiri tidak mempunyai tujuan dan arah perencanaan.
Tulisan ini sebenarnya berasal dari kecemasan diri sendiri. Iya, penulis blog ini pun juga merasa cemas dengan dirinya sendiri. Tapi, daripada kecemasan itu ditahan dan merasa terbebani lebih baik disampaikan melalui tulisan.
APA TARGET SETELAH SARJANA?
Satu pertanyaan yang paling umum bagi para lulusan sarjana adalah pertanyaan seperti ini. Mulai dari pekerjaan nya mau ke mana sampai rencana-rencana ke depannya seperti apa.
Padahal? Padahal mereka tidak pernah bertanya tentang proses kuliah seseorang. Tentang bagaimana struggle dan masa sulitnya kamu dan kita saat menjadi mahasiswa.
Ya, semudah itu mereka bertanya hal-hal yang di luar kewajibannya. Satu sisi memang mereka adalah orang baik yang sangat peduli, namun terkadang hal itu terasa menyesakkan bagi beberapa lulusan sarjana yang masih ragu dengan dirinya sendiri.
Apalagi yang pada akhirnya berujung diremehkan dan direndahkan. Maka dari itu sebelum lulus harus menyiapkan mental yang kuat!
Ah, gak juga Kak Aziz, jangan berlebihan!
Barangkali lingkungan kamu bukan seperti itu, tapi saya mengalaminya sendiri. Orang-orang sekitar, dalam artian lingkungan kehidupan di pedesaan, justru menekan para mahasiswa yang baru saja lulus dengan pertanyaan yang seperti itu.
Saya kurang tahu bagaimana orang-orang di perkotaan. Kalau kamu tahu, boleh berbagai di kolom komentar!
KERJA GAK HARUS DI PERUSAHAAN
Pertanyaan membingungkan dan stigma masyarakat yang menganggap bahwa setelah kuliah akan mudah sukses. Lantas dengan mudahnya bekerja di perusahaan besar, menjadi PNS, dan lain sebagainya. Bekerja di luar negeri dengan gaji tinggi dan lainnya.
Padahal, sistem kerja sudah banyak berubah. Banyak cara untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Tentang kesibukan, asalkan ada kemauan pasti bisa, kan?
Maka dari itu, selama 30 hari ini saya memang belum berencana untuk apply di perusahaan manapun. Saya fokus untuk memahami diri sendiri, kira-kira apa yang harus dilakukan setelah ini?
Atau ada perusahaan maupun brand yang sedang membaca dan berkenan merekrut ataupun mengajak saya bekerja sama boleh banget, saya siap menunjukkan kemampuan dan portofolio. Barangkali, kita bisa sama-sama saling mendukung!
Wkwk, saya serius!
Oke lanjut!
Tentang bagaimana orang-orang memandang saya sebagai lulusan sarjana matematika, yang kegiatan sehari-hari di rumah dan tidak ke mana-mana. Paling hanya bersepeda di pagi atau sore hari, haha!
Atau jika tidak berada di depan laptop lalu mengetik dan mengetik.
Padahal sebenarnya pikiran saya selalu berusaha untuk belajar dan memahami makna tentang diri sendiri yang sebenarnya.
Apa gak ada lowongan pekerjaan yang menarik buat Kak Aziz?
Ada, bahkan ada beberapa dekat rumah yang bisa saja saya coba untuk melamar pekerjaan tersebut. Tapi entah mengapa, rasa-rasanya keraguan saya begitu besar sehingga mengurungkan terlebih dahulu.
Pada akhirnya saya masih bertahan di rumah, dan menulis. Sama seperti hari-hari biasanya, hanya saja yang membedakan adalah sebagai sarjana yang di rumah saja. Setidaknya dalam waku dekat ini.
Tapi, saya di rumah bukan berarti hanya malas-malasan. Saya belajar dan terus konsisten menulis. Meski demikian, ada saja orang-orang usil yang selalu ingin tahu pekerjaan saya sehari-hari.
ALASAN TETAP BERTAHAN DI KEPENULISAN
Entahlah, rasa-rasanya jawaban saya tetap konsisten dari tulisan-tulisan sebelumnya. Alasan saya tetap bertahan di kepenulisan ya karena banyak hal yang saya dapatkan.
Menulis sejak 2018, meskipun memang hasilnya bertahap tapi saya selalu merasa bersyukur.
Karena tiap tulisan itu tidak hanya menghasilkan pendapatan, tapi juga membawa kebermanfaatan. Dan tentunya saya dipertemukan oleh orang-orang baik yang membuat saya merasa diapresiasi.
Meskipun tiap kali ditanya, saya selalu bingung sebenarnya pekerjaan saya ini apa?
Kak Aziz bukannya founder Ufuk Literasi, ya?
Ya, untuk teman-teman yang sudah tahu saya rasa jawaban itu cukup mewakili. Namun, saya selalu ragu untuk menjawab hal demikian kepada orang-orang terdekat.
Karena akan timbul pertanyaan-pertanyaan baru tentang itu perusahaan apa, di manaa, ngerjain apa saja, dan pertanyaan lain yang saya rasa itu tidak perlu dipertanyakan sampai sedetail itu.
Akhirnya saya cukup jawab sebagai jurnalis, haha!
Ya, di mana?
Saya jawab di IDN Media, karena ada bukti tulisan saya di sana, IDN Times. Meski status saya sebagai Kontributor Content Writer dengan 240+ artikel.
Cukup puas, dan jika ditanya pekerjaan nya di mana saya cukup jawab jarak jauh bisa dikerjakan di mana saja. Meski pusatnya IDN Media ini ada di Surabaya, kalau tidak salah.
Entahlah, saya masih ragu dan selalu berharap jika tidak ada lagi pertanyaan seperti itu lagi. Misalnya dalam beberapa waktu ke depan.
KESIBUKAN SELAMA 30 HARI SETELAH WISUDA
Saya rasa seperti orang-orang pada umumnya. Kesibukan seperti biasa, menulis, membaca buku, scrolling sosmed, dan belajar yang bisa dipelajari. Juga tentunya menjalankan kewajiban dan rutinitas yang sudah seharusnya dikerjakan.
Untuk saat ini saya lebih berusaha fokus untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Entah mau dibawa ke mana nantinya, tapi saya rasa asalkan tetap bisa menghasilkan dan tidak merepotkan orang tua dan orang lain, itu bukan menjadi masalah besar.
Apalagi saya ditemani banyak buku yang belum terbaca. Jadi bisa bebas membaca mana saja buku itu, lalu mereview dan mempelajari isinya. Meskipun rasa malas ini memang harus dilawan.
Buat kalian yang merasa setelah lulus kuliah itu seru dan kehidupan seperti di film-film. Sejujurnya bukan seenak itu. Justru, kamu harus banyak belajar lagi dan memahami diri sendiri.
Penting untuk berusaha menemukan perjalanan selanjutnya. Karena selain target pencapaian, kamu juga harus punya rencana yang benar-benar matang.
Tidak buru-buru untuk mengambil keputusan, apalagi berdasarkan kecemasan dan pelarian supaya tidak diremehkan orang-orang.
Sarjana kok nganggur!
Sarjana kok kerjaannya di rumah!
Sarjana kok masih ikut di rumah orangtua!
Dan kata-kata mutiara lain yang seringkali meremehkan. Terkadang, kamu harus fokus untuk diri sendiri terlebih dahulu.
Karena pada akhirnya hanya kamu sendiri yang tahu, perjalanan terbaik selanjutnya itu seperti apa.
Biarkan, biarkan anak-anak mereka yang memilih merantau, bekerja di bank atau perusahaan besar. Apalagi menjadi PNS dan lain sebagainya.
Ingatlah bahwa, perjalanan terbaik adalah berdasarkan rencana yang kamu tetapkan sendiri. Bukan dari penilaian ataupun perspektif orang lain!
Ah, baru juga lulus satu bulan lalu bikin tulisan memotivasi begini!
Si-Paling sok tahu, Kak Aziz, nih!
Ya, sebenarnya saya menulis ini untuk diri sendiri. Untuk meyakinkan bahwa segala sesuatunya pasti ada prosesnya dan tahapannya. Penting memiliki rencana bukan berarti banyak memilih. Tapi dengan adanya rencana, kehidupan selanjutnya semoga lebih bahagia dan tertata.
Bukankah yang kita cari dalam hidup adalah kebahagiaan? Karena sukses belum tentu bahagia, tapi kebahagiaan dapat membawa kita kepada kesuksesan itu.
Saya pernah menulis tentang topik kebahagiaan dan kesuksesan ini, kamu bisa baca di sini, ya!
Intinya adalah, berbahagialah atas apa yang kamu kerjakan setiap harinya. Semoga, banyak kesempatan luar biasa yang menantimu di luar sana.
Jadi, ada cerita apa setelah kamu dinyatakan sebagai seorang sarjana?
Kita jadi lebih fokus untuk menentukan langkah berikutnya yang mau diambil. Semangat untuk Kak Aziz!
Terkadang, kamu harus fokus untuk diri sendiri terlebih dahulu.
Karena pada akhirnya hanya kamu sendiri yang tahu, perjalanan terbaik selanjutnya itu seperti apa.